Sabtu, 28 Oktober 2017

Perlawanan Setelah Kemerdekaan Indonesia


Perlawanan Setelah Kemerdekaan Indonesia


1. Pertempuran 10 November di Surabaya
Tentara Sekutu (Inggris) pertama kalinya mendarat di Kota Surabaya tanggal 25 Oktober 1945. Pendaratan pertama ini dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Dua hari setelah pendaratan, tentara Inggris mulai menyerbu penjara republik untuk melakukan pembebasan para perwira Sekutu dan pegawai RAPWI (Relief of Alleid Prisoner of War and Internees). Tentara Sekutu berhasil menguasai tempat penting seperti  gedung Bank Internatio,Kantor pos besar  dan pangkalan udara Tanjung.
Pertempuran di Kota Surabaya meluas  ke seluruh kota. Inggris menyerang dengan menggunakan peralatan perang lengkap. Para pemuda berusaha untuk mengepung dan menyerang gedung tersebut. Dalam insiden tersebut, Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas. Inggris  mendatangkan tentara yang lebih besar ke sejumlah daerah.
Pada 9 November 1945, Inggris mengultimatum pemuda Surabaya. Isi ultimatum tersebut: "Rakyat Surabaya supaya menyerahkan senjata kepada Inggris selambat-lambatnya pukul 6.00, 10 November 1945. Apabila tidak dilaksanakan, Surabaya akan digempur baik dari darat, laut, maupun udara."
Ultimatum dihiraukan para pemuda. Rakyat Surabaya bertekad mempertahankan Kota Surabaya sampai titik darah terakhir. Setelah batas ultimatum habis, Kota Surabaya digempur oleh tentara Inggris. Kota Surabaya diserang baik dari darat, laut dan udara.
Salah satu pemimpin arek-arek Surabaya adalah Bung Tomo. Ia membakar semangat para pejuang Surabaya untuk menggempur musuh. Karena persenjataan tidak seimbang, banyak rakyat Surabaya yang gugur. Akhirnya  kalah. Kota Surabaya jatuh ke tangan Inggris. Pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 itu merupakan peristiwa sejarah penting. Oleh sebab itu, 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

2. Perisitwa Bandung Lautan Api
Tentara Sekutu mulai memasuki Kota Bandung pada bulan Oktober 1945. Tentara Sekutu yang pada saat itu diboncengi NICA kemudian mengeluarkan ultimatum. Isinya adalah agar para pemuda menyerahkan senjata yang dirampas dari  Jepang.
Ultimatum tidak diindahkan oleh para pemuda. Akhirnya, terjadi pertempuran sengit. Pasukan Sekutu bisa merebut dan menduduki beberapa kantor penting. Bahkan, Kota Bandung sebelah utara berhasil diduduki oleh pihak Sekutu. Para pejuang Bandung terdesak ke bagian selatan Bandung. Pada 23 Maret 1946, pasukan Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum untuk yang kedua. Isinya agar Kota Bandung bagian selatan dikosongkan. Para pejuang yang dipimpin oleh  Kolonel A.H. Nasution sepakat untuk mematuhi ultimatum tersebut demi keselamatan rakyat dan kepentingan politik pemerintah RI pada saat itu. Sebelum meninggalkan Kota Bandung bagian selatan, para pejuang membumi hanguskan Kota Bandung. Pada malam tanggal 23 Maret 1946, beberapa gedung penting dibakar. Peristiwa ini dikenal dengan "Bandung Lautan Api". Peristiwa tersebut diabadikan dengan bentuk lagu perjuangan, "Halo-Halo Bandung" karya seniman Ismail Marzuki.

3. Pertempuran Medan Area
Pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Medan pada tanggal 9 Oktober 1945. Kedatangan Sekutu di daerah tersebut juga diboncengi pihak NICA. Pasukan Sekutu dipimpin oleh Brigadir Jederal T.E.D. Kelly. Pada saat sebelumnya, Belanda telah mendaratkan pasukan di bawah pimpinan Westerling. Para pejuang tengah siap dan membentuk divisi keamanan untuk rakyat Medan. Divisi tersebut disebut dengan istilah Divisi Banteng. Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi pertempuran yang pertama sejak kedatangan Sekutu di Kota Medan.
Pada 18 Oktober 1945, Sekutu menuntut supaya rakyat menghentikan pertempuran dan segera menyerahkan senjatanya. Namun, rakyat menolak. Pada 10 Desember 1945, terjadi Pertempuran Medan Area.

4. Pertempuran 5 Hari di Semarang
Hingga bulan Oktober 1945, pasukan Jepang masih tetap berada di Kota Semarang. Mereka juga masih melancarkan serangan terhadap beberapa kubu TKR ( Tentara Keamanan Rakyat)yang bertujuan untuk  membebaskan orang-orang Jepang yang masih dalam penahanan.
Sementara itu, tersiar kabar bahwa Jepang meracuni sumber air minum di wilayah Candi Semarang. Oleh sebab itu, dr. Kariadi memeriksa sumber air yang diracuni oleh Jepang tersebut. Pada saat itu, ia menjabat kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara) di Semarang. Namun naas, ia kemudian dibunuh tentara Jepang. Terbunuhnya dr. Kariadi ini menyulut kemarahan pemuda. Akibatnya, terjadi pertempuran di Simpang Lima (Tugu Muda) dan sekitarnya. Pertempuran TKR melawan tentara Jepang yang dikomandoi oleh  Mayor Kido. Pertempuran berlangsung selama 5 hari, 15 - 19 Oktober 1945. Perang bisa dihentikan setelah adanya gencatan senjata.

5. Pertempuran Ambarawa
Kedatangan pasukan Sekutu yang diboncengi  orang NICA di Ambarawamembuat rakyat Ambarawa marah. Akibatnya, terjadi  pertempuran 21 November 1945. Dalam pertempuran tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Ia menjabat sebagai Komandan Resimen Banyumas. Pimpinan pasukan diambil alih oleh Kolonel Sudirman, yang pada saat itu beliau menjabat Panglima Divisi Banyumas. 
Pada tanggal 12 - 15 Desember 1945 terjadi pertempuran yang hebat yang dikenal dengan Palagan Ambarawa. Dalam pertempuran ini Sekutu dapat diusir bumi Ambarawa. Peristiwa ini diabadikan oleh pemerintah dengan dibangunnya Monumen Palagan Ambarawa. Pada 15 Desember diperingati dengan sebutan Hari Infanteri.

6. Pertempuran Puputan Margarana
Perang Puputan di Bali dipimpin  I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Rai  Ciung Wanara, nama pasukannya beberapa kali berhasil menang. Pertempuran dimulai April 1946 di Denpasar. Karena senjata yang dimiliki sangat terbatas maka pasukan Ciung Wanara terdesak. Mereka bertahan di Desa Marga. Di wilayah inilah pasukan I Gusti Ngurah Rai mengadakan perang sampai titik darah  penghabisan (Puputan). Akhirnya I Gusti Ngurah Rai dan sebagian besar pasukan meninggal. Perang ini juga dikenal pertempuran Margarana (18 November 1946).

7. Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang
Pasukan Sekutu tiba di Palembang pada tanggal 12 Oktober 1945. Pendaratan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Carmichael. Mereka dengan diboncengi oleh pihak NICA. Mereka diizinkan oleh pemerintah untuk masuk di Palembang.
Tindakan Sekutu sangat menyinggung perasaan rakyat. Mereka melakukan penggeledehahnrumah penduduk yang bertujuan untuk mencari senjata hasil rampasan dari pihak Jepang. Akibatnya, terjadi insiden bersenjata pada 1 Januari 1946. Tentara Sekutu dengan menggunakan pesawat dan kapal laut untuk membombardir Palembang. Para pejuang mengadakan perlawanan. Pertempuran baru dihentikan dengan gencatan senjata pada tanggal 6 Januari 1946

8. Serangan Umum 1 Maret 1949
            Yogyakarta menyimpan sejarah penting dalam perjalanan historikal Indonesia. Tepat pada 1 Maret 1949, terjadi peristiwa bersejarah Serangan Umum 1 Maret 1949. Pertempuran melawan tentara Belanda ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dimana TNI berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.
9. Pertempuran Laut Aru
            Pertempuran yang terjadi di Laut Aru, Maluku pada 15 Januari 1952 ini terjadi saat dua kapal Belanda menyerang 3 kapal Indonesia. Dalam peristiwa ini, Komodor Yos Sudarso gugur akibat KRI Macan Tutul yang dinaikinya tenggelam terkena meriam dari kapal Belanda. 
10. Perang Diponegoro
            Perang Diponegoro adalah perang selama lima tahun 1830. juga dengan istilah perang Jawa karena merupakan salah satu perang terbesar di tanah Jawa. dari perang ini, korban gugur dari Indonesia perkirakan mencapai ratusan ribu jiwa, dan tentara Belanda tewas. Perang berakhir saat Pangeran Diponegoro ditangkap dan akhirnya di buang ke luar Pulau Jawa 

11. Perang Tondano
            Perlawanan rakyat Minahasa Sulawesi Utara terhadap Belanda dikenal dengan nama "Tondano" pada 1808-1809. Perang ini terjadi akibat kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang memaksa pemuda Minahasa untuk menjadi tentara guna melawan tentara Inggris. Tentu saja hal itu ditolak oleh seluruh rakyat Minahasa hingga kemudian Belanda pun melancarkan serangannya. 

11.  Perang Padri
            Perang di Sumatra Barat ini dari adanya perselisihan antara Kaum Padri dengan Kaum Adat selama kurun 1837. Dalam perang ini, kaum Adat meminta bantuan Belanda. Namun, di babak kaum Padri dan kaum Adat justru bersatu dan berbalik bersama-sama menghadapi Belanda. Tokoh yang terkenal dalam perang ini adalah Tuanku Imam Bonjol. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Filosofi dari Rumah Adat Joglo

Filosofi dari Rumah Adat Joglo Teras dan Pendopo Salah satu ciri khas yang dimiliki rumah Jawa adalah teras yang tak beratap serta p...